Earth Hour merupakan sebuah kampanye global guna
menganjak semua penduduk bumi baik individu, komunitas, pelaku bisnis, maupun
pemerintah kota untuk bersama-sama peduli pada upaya penurunan emisi karbon dioksida yang memicu pemanasan
global dan perubahan iklim. Utamanya, kampanye earth hour mengajak kita untuk
menghemat listrik dengan mematikan lampu dan peralatan listrik selama satu jam.
Earth hour dilaksanakan setiap hari Sabtu di minggu ketiga bulan Maret setiap
tahunnya tepat pada jam 20.30 – 21.30 waktu setempat.
Logo Earth hour yaitu angka 60 dengan ilustrasi permukaan
bumi dan latar belakang hitam. Sejak penyelenggaraan tahun 2011 ditambahkan
tanda plus (+) di belakang angka 60. Angka 60 pada logo ini mempunyai arti 60
menit fokus pada tindakan mengurangi emisi CO2. Tanda “+” berarti kegiatan
earth hour tidak hanya dilakukan selama 60 menit saja, namun diikuti dengan
perubahan gaya hidup sehari-hari yang lebih ramah lingkungan.
Sejarah earth hour dimulai pada 2007 di kota Sydney,
Australia. Saat itu WWF-Australia, Fairfax Media, dan Leo Burnett bekerja sama
untuk melakukan kampanye pengurangan gas rumah kaca di kota tersebut. Tahun
berikutnya, 2008, Earth hour menjadi kampanye global yang diikuti oleh 37 kota
di 30 negara di seluruh dunia dengan partisipan mencapai 50 juta orang. Pada
tahun-tahun berikutnya partisipan semakin meningkat dan kampanye earth hour
semakin bersifat global.
Khusus untuk Indonesia earth hour untuk pertama kali pada
tahun 2009 dengan DKI Jakarta sebagai kota yang ikut berpartisipasi.
Selanjutnya pada tahun 2010 diikuti oleh tiga kota (Jakarta, Bandung, dan
Yogyakarta), pada 2011 diikuti oleh 10 kota (Jakarta, Bandung, Semarang,
Yogyakarta, Surabaya, Pontianak, Banjarmasin, Manado, Makasar, dan Sorowako),
dan pada 2012 ini rencananya akan diikuti oleh 18 kota yaitu Jakarta, Bogor,
Banda Aceh, Bekasi, Tangerang, Solo, Bandung, Yogyakarta, Kediri, Sidoarjo,
Semarang, Malang, Surabaya, Banjarmasin, Manado, Gorontalo, Samarinda, dan
Makassar.
Aspek-aspek yang menjadi latar belakang dicetuskannya ide
Earth Hour yaitu perubahan iklim yang mengancam kehidupan di Bumi. Salah satu
cara untuk menghambat percepatan sumbernya adalah dengan mengajak setiap
individu melakukan perubahan gaya hidup. WWF mengajak publik untuk melakukan
perubahan gaya hidup yang sederhana dan murah, yaitu hemat energi.
Hal ini merupakan kenyataan bahwa ketergantungan manusia
kepada listrik dari masa ke masa semakin meningkat. Sementara, pembangkit
listrik mayoritas berbahan bakar fosil (minyak bumi, batu bara, dan gas alam)
yang mengeluarkan gas rumah kaca (GRK) berupa karbon dioksida (CO2), dan
berakibat langsung terhadap kenaikan dramatis suhu rata-rata Bumi. Pemanasan
global ini menyebabkan naiknya permukaan air laut, kebakaran hutan, pemutihan
karang, perubahan iklim, dan potensi kepunahan yang besar terhadap
keanekaragaman hayati, terutama yang hidup di suhu tropis, baik di pesisir
maupun yang tinggal di dekat hutan. Dampak pemanasan global ini sudah
dipastikan akan mempengaruhi lingkungan hidup yang menjadi tempat hidup kita.